Obesitas sudah menjadi musuh utama di beberapa negara. Segala cara dikerahkan untuk melawannya. Salah satunya memanfaatkan kepiting. Bagaimana kepiting bisa menjadi solusi mengatasi obesitas?
Rahasianya ada di kitin (chitin). Kitin merupakan rangkaian molekul karbohidrat atau sakarida terpanjang kedua setelah selulosa (serat pada tumbuhan yang tidak bisa dicerna). Senyawa ini layak dijadikan "senjata perang" andalan melawan kegemukan. Selain itu, ternyata ia juga punya khasiat sampingan menyehatkan badan.
Dalam kerajaan binatang, crustacea dikenal sebagai bagian dari keluarga decapoda (binatang berkaki sepuluh). Di dalamnya termasuk udang dan kepiting. Serat hasil pemrosesan kulit kedua binatang itulah yang kini favorit dijadikan bahan suplemen pelangsing badan oleh banyak orang.
Di lapangan, pengujian terhadap kulit luar udang atau kepiting selama ini membuktikan, serat atau turunan kitin yang dihasilkannya dapat menghambat penyerapan lemak oleh saluran pencernaan. Lemak yang tidak terserap saluran pencernaan itu dipaksa keluar dari tubuh bersama kotoran. Artinya, lemak dari makanan tidak disimpan dalam tubuh, sehingga tidak menambah bobot badan.
Di dalam perut, serat crustacea membentuk gel (jeli) bermuatan positif. Itu sebabnya, ia dapat mengikat banyak zat di sekitarnya, termasuk vitamin C (asam askorbat). Nah, omong-omong soal vitamin C, penelitian membuktikan, serat crustacea yang bergabung dengan vitamin C ternyata bekerja lebih efektif ketimbang sendirian. Kerja sama keduanya dipercaya memperkuat daya serap serat terhadap lemak.
Sebagai sumber serat, crustacea juga punya kemampuan istimewa dalam hal menyerap beberapa senyawa yang ada di dalam tubuh, seperti lemak, kolesterol, glukosa, dan sebagainya. Penyerapannya baik dengan daya adesi maupun daya tarik-menarik elektrolitik. Sedangkan untuk zat-zat penting yang dibutuhkan tubuh, mineral misalnya, ada perlakuan tersendiri. Intinya, jika crustacea dikonsumsi dalam jumlah tepat, tingginya daya serap turunan kitin dipercaya tidak akan mempengaruhi keseimbangan mineral tubuh.
Bukan cuma "kerja sama" dengan pihak lain, tingkat kekentalan juga berpengaruh terhadap kinerja serat crustacea. Penelitian Deuchi dan kawan-kawan memberi fakta, makin tinggi tingkat kekentalan serat, makin besar pula daya ikat serat tersebut terhadap molekul lemak yang terdapat di sekitarnya. Hasil penelitian juga menunjukkan, konsumsi serat dalam jumlah tepat dapat memperbaiki metabolisme tubuh.
Serat crustacea diyakini bisa memperbaiki lingkungan usus makhluk hidup, sekaligus memperbaiki proses metabolisme usus. Pemberian sebanyak 3 - 6 g serat crustacea, misalnya, akan menyebabkan berkurangnya enzim lesitinase negatif serta menurunnya produksi zat-zat pembusuk, seperti fenol, p-kresol, dan indol. Sebaliknya, jumlah asam organik yang mudah menguap, seperti asam asetat dan asam propionat, akan meningkat.
Itulah salah satu kehebatan crustacea. Berkurangnya bobot badan tidak akan secara langsung mempengaruhi metabolisme tubuh secara keseluruhan. Bandingkan dengan cara-cara mengurangi berat badan lainnya yang rata-rata menguras keringat atau bikin perut keroncongan lantaran diet ketat.
Alhasil, saking tingginya semangat menjadi kurus, metabolisme tubuh jadi terganggu. Serat crustacea sebaliknya, bisa dikonsumsi dengan aman, tanpa harus melakukan diet ketat.
Amankan kolesterol
Asyiknya, selain berpotensi menguruskan badan, mengonsumsi secara teratur serat crustacea juga dapat mencegah datangnya sejumlah penyakit. Seperti sudah dijelaskan, muatan positif yang dibawa turunan kitinnya dapat menyerap banyak zat di sekitarnya. Termasuk ion klorida dari NaCl (natrium klorida), yang diubah menjadi sisa-sisa makanan yang tak tercerna, sehingga akhirnya keluar dari tubuh bersama kotoran. Proses ini menyebabkan berkurangnya kadar enzim pengubah angiotensin dalam darah. Ujung-ujungnya, risiko meningkatnya tekanan darah berkurang.
Yang tak kalah fenomenal yaitu hasil pemrosesan anggota keluarga crustacea yang lain, cumi-cumi. Serat yang didapat dari perisai cumi-cumi dipercaya dapat menghasilkan formula nan efektif untuk menurunkan kadar kolesterol darah.
Begini kira-kira jalan ceritanya. Sebagai partikel bermuatan positif, serat turunan kitin akan menyerap dan mengikat dengan kuat molekul atau partikel apa pun yang bermuatan negatif. Penyerapan dan pengikatan ini jauh lebih kuat ketimbang yang dilakukan serat nabati.
Nah, ketika serat crustacea menyerap dan mengikat asam-asam empedu, ikatan atau kerja sama yang terjadi bisa sangat kuat. Begitu kuatnya ikatan itu sampai serat tidak mudah dicerna oleh organ pencernaan. Alhasil, serat dan zat-zat yang diikatnya lagi-lagi "dipaksa" keluar bersama feses. Pengeluaran besar-besaran itu otomatis menyebabkan tubuh kekurangan banyak asam empedu, yang diakali dengan menciptakan asam empedu pengganti, hasil sintesis hati dari kolesterol LDL (kolesterol jahat).
Karena terus-menerus tersedot untuk "pekerjaan sampingan" yang tidak sesuai dengan visi dan misinya, lama kelamaaan kadar kolestrol LDL dalam darah kian berkurang. Di sisi lain, kandungan kolestrol HDL (kolesterol baik) tetap tidak terganggu.
Kolesterol jahat pun makin terdesak, karena kolesterol baik selalu siap menyerang dan mengarahkannya ke hati, sebelum dibuang keluar bersama kotoran. Singkat kata, serat crustacea ikut andil dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah.
Bagaimana dengan orang yang kadar kolesterolnya rendah, tapi perlu mengonsumsi turunan kitin karena ingin menguruskan badan? Tak perlu khawatir, hasil pengujian menunjukkan, pemberian mi instan yang mengandung serat crustacea kepada sekelompok orang dengan kadar kolesterol total rendah (157 mg/dl) selama 2 minggu, ternyata tidak membawa dampak negatif. Baik terhadap kandungan kolesterol total, kolesterol HDL, trigliserida (lemak), asam lemak bebas, hemoglobin, hematokrit, kreatinin, maupun asam urat.
Namun, hasil penelitian juga memberi catatan, walaupun sudah mengonsumsi serat crustacea, orang-orang berberat badan lebih tetap perlu melakukan diet, meski bukan diet ketat. Bagaimanapun, daya hambat serta daya serap crustacea tetap memiliki keterbatasan.
Sebagai catatan pamungkas, karena serat turunan kitin ini dapat mengikat lemak, mineral, dan vitamin tertentu, sangat baik jika penggunaannya didahului dengan mengonsumsi suplemen minyak esensial dan vitamin yang larut dalam lemak sekurang-kurangnya satu jam sebelum menggunakan serat crustacea. Dengan begitu, kinerja serat crustacea menjadi jauh lebih bertenaga.
Sementara, orang-orang yang sedang dalam tahap penyembuhan penyakit tertentu (masih harus menelan obat untuk mengembalikan kondisi kesehatannya), perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi serat crustacea. Nasihat dokter juga diperlukan wanita hamil, sedang menyusui, serta mereka yang alergi udang atau kepiting.
Sumber : intisari-online
No comments:
Post a Comment