Para wanita, mulailah untuk mengenali setiap inci bentuk tubuh Anda, terutama payudara. Pengenalan bentuk tubuh sendiri merupakan salah satu deteksi dini dan akan menyelamatkan Anda dari kanker payudara.
Dokter Onkologi dari Rumah Sakit Dharmais Jakarta dr Walta Gautama SpB-Onk mengatakan, jarang wanita yang mengenali bentuk payudaranya sendiri.
"Para wanita baru tersadar payudaranya bermasalah ketika membandingkan kondisinya dengan gejala kanker, seperti adanya benjolan dan perubahan warna atau tekstur kulit pada payudara," jelas Walta yang juga aktif di Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta itu.
Dia mengingatkan, gejala yang tersaji di media umumnya bukan merupakan deteksi dini, namun sebagai tanda-tanda yang menunjukkan stadium tiga dari kanker payudara.
"Hal tersebut terlihat dengan masih tingginya kasus penderita kanker payudara stadium tiga yang ditemui di Indonesia,” jelas dia belum lama ini.
Ia menyebutkan, rumah sakit Dharmais menemukan penderita kanker payudara baru sebanyak 800-900 kasus.
Di Amerika Serikat, paling banyak ditemukan adalah kasus kanker payudara stadium satu. Jika sedari dini dideteksi dan ditangani, pasien memiliki lebih banyak pilihan, termasuk menyelamatkan diri dari risiko kematian.
"Ada baiknya wanita mengenali bentuk payudaranya sendiri, sehingga ketika terjadi perubahan, mereka sadar ada masalah dan segera mengambil tindakan," ungkap Walta.
Menurut Walta, pengenalan bentuk payudara paling sederhana dan penting adalah seminggu setelah menstruasi sejak masa remaja.
Jika sedang tidak mengalami menstruasi, tetapkan satu hari dalam sebulan untuk memeriksakan payudara.
Pemeriksaan secara visual bisa dilakukan kedua lengan berada di sisi tubuh. Angkat kedua lengan tinggi-tinggi di atas kepala, cari dan perhatikan apabila ada perubahan pada kontur setiap payudara, pembengkakan, benjolan, atau kelainan pada puting.
Selain itu, lanjut Walta, deteksi dini bisa dilakukan dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter.
Pemeriksaan payudara bisa melalui mamografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan USG. Langkah itu dapat mendeteksi sampai 85% kanker payudara.
Menurut dia, wanita berusia 20-39 tahun ada baiknya melakukan pemeriksaan tersebut dalam kurun waktu tiga tahun sekali.
Wanita berusia di atas 40 tahun melakukan pemeriksaan payudara setahun sekali karena dipengaruhi oleh risiko tingginya hormon estrogen yang biasanya terjadi pada wanita usia di atas 35 tahun.
Walta menambahkan, wanita tidak perlu panik atau khawatir bila menemukan benjolan pada saat mereka melakukan deteksi dini. Sebab, ada peluang 80-90% benjolan bukan kanker payudara.
"Benjolan kanker hanya terjadi pada satu payudara, permukaan tidak rata, tidak terafiliasi atau tidak mudah digerakkan, dan sering tanpa nyeri," jelas dia.
Meski demikian, ia tetap mengingatan, wanita tidak mengabaikan benjolan apa pun dan segara melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan.
"Penanganan yang cepat akan mampu menyelamatkan banyak nyawa wanita dari risiko kematian akibat kanker payudara,"jelas dia.
Walta menambahkan, kebanyakan wanita tidak mau berkonsultasi dengan dokter meski telah menemukan benjolan. Mereka umumnya khawatir harus menjalani pembedahan dan kehilangan payudara.
"Pembedahan masih menjadi momok," pungkas dia. (beritasatu)
No comments:
Post a Comment